***
Oleh:
Ayub Melkior, S. Th
Pendahuluan
Hamba dalam pandangan sosial masyarakat
termasuk pada golongan yang rendah. Zaman sekarang, kata hamba sudah tidak lagi
dikenal, tetapi ada kata yang sepadan dengan itu yakni pembantu, dan buruh.
Mereka kurang dihargai dalam pandangan masyarakat. Seorang hamba terkadang
ditindas atau diperlakukan dengan kasar oleh tuannya. Hamba atau pembantu
termasuk pekerja kasar, artinya seorang hamba mengerjakan pekerjaan apa saja yang diperintahkan tuannya demi mendapatkan upah atau
penghidupan.
Gambaran hamba dalam Alkitab ditemukan
dalam nyanyian hamba Tuhan dari kitab Yesaya, yang menunjukkan bahwa hamba itu
sangat menderita dan mati demi orang lain (Yes 53:12). Menurut W.R.F Browning, “orang Kristen
memahami nyanyian itu sebagai nubuat tentang Mesias yang akan datang.
Penderitaan dan kematian-Nya adalah seperti yang dinyatakan oleh kitab suci dan
sama sekali tidak kebetulan.”[1]
Hamba itu memiliki tugas melayani bahkan nyawanya sekalipun ia berikan demi
kesejahteraan orang di sekitarnya.
Injil Markus
Donald
Guthrie berpendapat bahwa penulis injil Markus adalah Markus. Dibuktikan dengan
pandangan Papias, Kanon Muratorian, Ireneus, Clement, Origen dan Jerome. Selain
itu penulis injil ini selalu dikaitkan dengan Petrus sedangkan kritik lain
mengatakan bahwa Markus ditulis oleh Yohanes Markus.[2]
Kebanyakan
para pakar masa kini berpendapat bahwa tradisi dari pengaruh Petrus atas injil
Markus adalah lebih praktis daripada historis yaitu tradisi demikian menjamin
injil ini dengan kewibawaan rasuli. Menurut Walter M
Post bahwa injil Markus ditulis oleh Markus seorang pengikut Tuhan, anak Maria
yang rumahnya pernah dikunjungi Petrus (Kis 12:12). Markus ikut dalam perjalanan
Barnabas dan Paulus yang pertama (Kis 12:15)
Wismoady
Wahono mengakui bahwa injil Markus ditulis oleh orang yang bernama Markus yang
dibuat dalam Kisah para rasul 12:12,25. Namun cerita itu tidak menunjukkan
tentang injil Markus kecuali dikaitkan dengan penderitaan orang Kristen di Roma.
Apapun pendapat para ahli, pada dasarnya penulis Markus adalah seorang yang
dekat dengan Tuhan dan diberi hikmat untuk menulis tentang Yesus kepada semua
orang. Ini terlihat pada bagian pertama injil Markus yakni permulaan injil
Yesus Kristus Anak Allah (Mrk 1:1). Markus mengakui bahwa injil yang
diberitakannya adalah injil mengenai Yesus Kristus. Injil Markus ditulis untuk
orang Kristen bangsa Romawi. Hal itu ditandai dengan beberapa bukti:
1.
Injil ini tidak
memuat banyak kutipan dari PL, hanya satu dua kutipan saja.
2.
Kata-kata dari bahasa
Ibrani yang tidak dapat dipahami oleh orang asing, misalnya kata Boanerges (Mrk
3:17), Talita Kum (Mrk 5:41), Abba (Mrk 14:36), Eloi-Eloi (Mrk 15:34).
Seandainya Yohanes Markus menulis Injilnya untuk orang Yahudi saja, sudah tentu
kata-kata Ibrani itu perlu ditransletkan.
3.
Adat istiadat orang yahudi di terangkan mengenai pembasuhan (Mrk
7:3), kedudukan Bait Allah menghadap bukit Zaitun (Mrk 13:3), penyembelihan
anak domba Paskah (Mrk 14:12) dan persiapan hari Sabat (Mrk 15:42).
4.
Dalam bahasa aslinya,
Yohanes Markus memakai beberapa perkataan Romawi. Seperti ‘speculator’ /
pengawal (Mrk 6:27), xestes / tempat minuman (Mrk 7:4), dinar (Mrk 6:37), legion
(Mrk 5:9,15).
Tulisan
ini mungkin sekitar tahun 70 M ketika Roma menghancurkan Yerusalem. Namun
teolog berkesimpulan bahwa Roma adalah tujuan penulisan injil Markus.
Alasan
Injil Markus ditulis adalah, karena pada tahun 60-an M, orang percaya pada saat
itu diperlakukan secara kejam oleh penduduk kota tempat tinggal mereka. Banyak
orang percaya disiksa bahkan dibunuh di bawah pemerintahan kaisar Nero. Menurut
tradisi, orang Kristen di Roma terdapat juga rasul Petrus dan rasul Paulus
mengalami penindasan. Selaku salah seorang pimpinan gereja di Roma, Yohanes
Markus digerakkan oleh Roh Kudus menulis Injil sebagai suatu yang bersifat
nubuat dan tanggapan penggembalaan terhadap masa penganiayaan yang terjadi pada
masa itu.
Tujuan
penulisan Injil Markus adalah, untuk memperkuat dasar iman orang percaya di
Roma. Mereka didorong untuk dengan setia menderita demi Injil Yesus Kristus.
Mereka diperhadapkan dengan kehidupan, penderitaan, dan kematian. Sehingga
mereka bisa menghayati dan meyakini kebangkitan Yesus.[3]
Penekanan utama Injil Markus akan Yesus adalah gambaran Kristus sebagai Hamba
yang datang untuk melayani dan memberikan hidup-Nya sebagai tebusan bagi banyak
orang (Mark 10:45).
Dua
aspek dari sasaran Injil Markus ini, diambil penulis sebagai sasaran dalam
pembahasan ini: Pertama, mengenal pribadi Yesus sebagai hamba Tuhan yang
sempurna dari identitas dan karakter-Nya (1:1-13, 10:33-34), humble servant).
Kedua, mengenal pelayanan Yesus sebagai hamba Tuhan yang sempurna dan selalu
giat melayani sampai selamanya (15:37, 16:20, everactive servant).
Yesus
Menurut Injil Markus
Markus
memulai Injilnya dengan memperkenalkan Yesus sebagai Anak Allah. “Inilah
Permulaan Injil tentang Yesus Kristus Anak Allah” (Mark 1:1) Meskipun
Markus memperkenalkan Yesus sebagai anak Allah, tetapi Yesus menggunakan
refrensi “Anak Manusia” bagi diri-Nya sendiri.
Dengan demikian, maka "Anak Allah" hanya dapat
dipahami dalam terang judul yang lain, yaitu "Anak Manusia."
Istilah "Anak Manusia" muncul
dalam Injil Markus dalam kata-kata Yesus, yang menggunakannya sebagai sebutan
diri-Nya. Selanjutnya, Yesus tampaknya menggunakan gelar ini secara khusus sebagai
koreksi terhadap pemahaman umum yang salah tentang "Anak Allah."
Misalnya, dalam Markus 8:27-38, jawaban Yesus untuk pengakuan Petrus tentang
Dia sebagai Mesias adalah bahwa Anak Manusia harus menderita. Demikian juga, jawaban
Yesus atas pertanyaan Imam Besar, "Apakah Engkau Mesias, anak dari Yang
Terpuji?" adalah "aku," ia langsung memenuhi syarat respon bahwa
dengan menambahkan, "Dan kamu akan melihat Anak Manusia duduk pada sebelah
kanan Allah ...."
Istilah "Anak Manusia"
menekankan aspek kemanusiaan Yesus Kristus, meskipun tidak menutup kemungkinan
sisi lain yaitu aspek keilahian, namun aspek keilahian ini lebih sering
ditonjolkan dengan istilah "Anak Allah". Yesus Kristus adalah Allah,
sekaligus sebagai manusia. Ini adalah topik yang dapat dikatakan cukup menonjol
didalam Injil Markus.
Menurut
para ahli, istilah Anak Manusia berasal dari kisah Daniel 7. Disitu “seorang
seperti anak manusia” datang dengan awan-awan dari langit, “datanglah ia kepada
Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapan-Nya.” Kepada tokoh penting
ini diberikan “kekuasaan dan kemuliaan, dan kekuasaan sebagai raja, maka
orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya.
Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya
ialah kerajaan yang tidak akan musnah.” (Daniel 7:13-14). Disini Anak manusia
mempunyai hubungan yang erat dengan Allah, dan kekuasaannya atas umat manusia
tak dapat diragukan.
Tampaknya
Yesus memakai ungkapan tersebut untuk menunjukkan aspek-aspek tertentu dari
karya, yang untuknya Ia datang ke dunia. Hal ini terungkap dalam karya-Nya
sebagai anak manusia. Seperti:
· Markus 2:10 “Tetapi
supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni
dosa"
· Dalam sebuah
pembahasan mengenai penyembuhan pada hari sabat, Yesus terlibat perdebatan
dengan para pemimpin agama Israel, hal tersebut tercatat didalam Markus 2:28
jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat. Kata “Tuhan” didalam
bahasa Yunaninya menggunakan kata kurios yang memiliki arti : “orang yang
memiliki kekuasaan penuh untuk mengatur”, jadi Anak Manusia memiliki kuasa
penuh untuk pengaturan atas hari Sabat.
Yesus
Kristus Hamba Yang Setia
Dalam Injil ini, Tuhan Yesus dilukiskan sebagai
Anak Manusia yang menghamba dengan setia. Berkenaan dengan pernyataan-Nya sebagai
Anak Manusia yang akan melayani dan menanggung banyak penderitaan, Injil Markus
mencatat beberapa kali pernyataan tersebut, yaitu :
·
Markus 8:31 “Kemudian
mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung
banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli
Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari.”
·
Markus 9:12 Jawab
Yesus: "Memang Elia akan datang dahulu dan memulihkan segala sesuatu.
Hanya, bagaimanakah dengan yang ada tertulis mengenai Anak Manusia, bahwa Ia
akan banyak menderita dan akan dihinakan?”
·
Markus 9:31 sebab Ia
sedang mengajar murid-murid-Nya. Ia berkata kepada mereka: "Anak Manusia
akan diserahkan ke dalam tangan manusia, dan mereka akan membunuh Dia, dan tiga
hari sesudah Ia dibunuh Ia akan bangkit."
·
Markus 10:33
kata-Nya: "Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan
diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan
menjatuhi Dia hukuman mati. Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada
bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah”
·
Markus 14:21
“Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang
Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan.
Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan."
·
Markus 14:41
Kemudian Ia kembali untuk ketiga kalinya dan berkata kepada mereka:
"Tidurlah sekarang dan istirahatlah. Cukuplah. Saatnya sudah tiba, lihat,
Anak Manusia diserahkan ke tangan orang-orang berdosa.
Terlihat dengan jelas bahwa, penderitaan
tersebut adalah sebuah hal yang menjadi sesuatu yang melekat dengan ungkapan
Anak Manusia. Hal itu ditunjukan dalam Markus 8:31 yaitu pada kalimat “harus
menanggung banyak penderitaan dan ditolak.” Kata “harus” memiliki ide dasar sesuatu yang perlu atau
dibutuhkan karena memang hal itu telah mengikat pada personal yang harus
menanggungnya.
Markus 10:45 Karena Anak Manusia juga
datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan
nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." Ini menggambarkan salah satu
fungsi dari ungkapan Anak Manusia yang melekat pada Yesus, bahwa Dia datang ke
bumi untuk melayani, menyerahkan nyawanya bagi tugas penebusan dosa. Dan
Markus 14:61-62 menjelaskan bagaimana pernyataan secara tidak langsung Yesus
mengenai siapakah Dia, dalam sebuah peristiwa menjelang penyaliban-Nya; “
Tetapi Ia tetap diam dan tidak menjawab apa-apa. Imam Besar itu bertanya
kepada-Nya sekali lagi, katanya: "Apakah Engkau Mesias, Anak dari Yang Terpuji?"
Jawab Yesus: "Akulah Dia, dan kamu akan melihat Anak Manusia duduk di
sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di tengah-tengah awan-awan di
langit."
Dari semua refrensi dan pemaparan di atas,
sikap Yesus sebagai Hamba yang melayani, dapat disimpulkan dalam tiga hal:
1.
Ia berdoa sebelum memulai pelayanan-Nya
“Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia
bangun dan pergi keluar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana.”
(Mark 1:35). Markus
mencatat suatu kegiatan yang dilakukan Yesus sebagai pelayan, yaitu berdoa
sebelum melakukan tugas-tugas pelayanan-Nya. Hal ini menunjukkan kebergantungan
Yesus kepada Bapa-Nya, dan sikap-Nya yang begitu setia sebagai seorang hamba
sejati.
2.
Ia melayani dan bukan dilayani.
“Karena anak manusia juga datang bukan untuk
dilayani, melainkan melayani...” dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan
bagi banyak orang.” (Mark 10:45). Markus
mengungkapkan Kehambaan Yesus dengan sangat jelas, dalam bagian ini, bahwa:
Yesus datang untuk melayani.
3.
Ia rela menderita bagi orang banyak
“...dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi
tebusan bagi banyak orang.” (Mark 10:45b). Ini menunjukkan bahwa Yesus bukan hanya seorang hamba yang
melayani, tetapi Ia juga adalah hamba yang rela berkorban bagi orang lain.
Dalam sejarah, hamba yang diutus
Tuhan selalu mendapat tantangan. Tantangan itu bisa saja dicela, dicaci bahkan
mati karena memberitakan kebenaran. Pekerjaan hamba yang diutus Tuhan, bukanlah
pekerjaan yang mudah. Nyanyian tentang
hamba yang menderita dalam Yesaya 49:3, “Engkau
adalah hamba-Ku..” menunjuk kepada Almasih, yaitu Yesus. Dan Penderitaan yang
dimaksud Yesaya adalah penderitaan seseorang untuk orang lain. Kemudian, hal ini nyata dan di catat oleh
Matius, dalam Injil Matius 8:17; Bahwa:
“Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita.”
Jadi, Injil Markus menunjukkan bahwa Yesus
Kristus adalah Hamba Allah yang merendahkan diri untuk melayani, dan rela memberikan
diri-Nya sebagai korban ata dosa-dosa manusia.
Hamba
Menurut Injil Markus
Dalam Markus 10:43-44, dua kata yang
digunakan untuk menjelaskan siapa yang terbesar di kerajaan Allah. Kata
tersebut adalah pelayan dan hamba. Dalam bahasa Yunani kata yang menunjuk hamba
adalah doulos.[4] Konsep “hamba” sama dengan konsep “Anak
manusia” Kedua istilah ini setara dengan nyanyian hamba yang menderita dalam
Yesaya 53.
Pada dasarnya hamba dalam teks Markus
10:44, menjelaskan posisi hamba kaitannya dengan Anak manusia yang menderita.
Seperti yang dijelaskan dalam ayat 45: “karena Anak Manusia juga datang
bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya
menjadi tebusan bagi banyak orang.”
Penekanan Yesus pada “hamba” dalam nas
ini berkaitan dengan permintaan Yakobus dan Yohanes. Yesus memanggil murid-murid-Nya
ketika permintaan Yakobus dan Yohanes diajukan, kemudian Yesus menjelaskan melalui
ayat ini, bahwa sikap ingin menjadi penguasa dan menindas adalah bukan sikap
yang injili. Di sini, pesan Markus sangat relevan bagi pemimpin gereja, bahwa menjadi
pemimpin gereja berarti melayani kebutuhan saudara-saudaranya. Pengikut Yesus
cenderung melupakan pengajaran Yesus tentang pengorbanan Yesus, di mana Ia
melayani banyak orang bahkan mati di kayu salib. Melayani dengan hati hamba
adalah sesuatu yang hampir mustahil dilakukan pada saat ini, namun penderitaan
merupakan bagian dari orang yang mau dipakai oleh Tuhan, karena kemuliaan
seorang murid, menurut Markus adalah menjadi hamba seperti Yesus.
Hamba dalam injil Markus dijelaskan
sebagai objek atau milik. Tetapi dalam Markus 10:44, “hamba” yang ditekankan
Yesus, adalah sebagai pelaku atau subjek. Di sini jelaslah bahwa pernyataan
Yesus tentang menjadi terbesar hendaknya menjadi hamba, bukanlah sebagai objek
penderita seperti nas lain dalam Injil Markus, tetapi sebagai pelaku, seperti
hamba taat pada majikannya dalam melakukan tugasnya demikian jugalah kita dalam
menjalankan seluruh tugas yang diberikan Tuhan kepada kita. Setiap orang
dituntut untuk sabar menangung penderitaan. Jalan penghambaan atau dengan sadar
mau menderita bagi orang lain, memang bukanlah jalan yang baik untuk dilalui
tetapi itu adalah sebuah sikap terpuji, yang perlu dimiliki setiap pribadi
dalam menjalankan tugas yang dilakukan.
Kesimpulan
Seluruh
kajian di atas menunjukkan bahwa hamba menggambarkan kerendahan hati dan mau
menjalankan perintah Tuannya tanpa ada bantahan terhadap tugas yang diberikan. Model
hamba telah diberikan oleh Yesus yaitu melayani dan bukan dilayani, berkorban
untuk orang lain dan bukan mencari keungtungan pribadi. Hamba adalah milik
tuannya dan memiliki kewajiban untuk melaksanakan tugas sesuai keinginan
majikannya.
Aplikasi
Dengan
menyadari betapa Yesus Kristus sangat merendahkan hati-Nya untuk melayani,
hendaknya setiap orang yang ingin menjadi besar dalam kerajaan Allah, menjadi
hamba Tuhan yang rendah hati, rela berkorban dan bersedia untuk melayani dan
bukan dilayani.
Kata
Bijak
“Siapa
saja yang menganggap dirinya terlalu besar untuk mengerjakan hal-hal kecil, akan
menjadi terlalu kecil untuk hal-hal besar.”
Catatan:
Karya ini
dilindungi Undang-undang Hak Cipta pasal 72 No. 19 ayat 1 dan 2 tahun 2002.
Boleh dicopy untuk digunakan sebagai bahan
pengajaran, dengan mencantumkan alamat penulisan. Terimakasih, Tuhan Yesus
memberkati
Daftar Pusatak
[4]
Samuel Benyamin Hakh, Op. Cit, 108
[1]
W.R.F. Browning, Kamus Alkitab (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2010), 131
[2]
Donald Guthrie, Pengantar Perjanjian Baru 1
(Surabaya: Momentum, 2010), Hal. 61
[3]Sabda, Latar Belakang Kitab Markus, akses tanggal 29
Oktober 2013, tersedia di http: www.sttintimnetintexs.htm NetInText/SABDA-Web/P_index.htm.
Berapa kali Yesus di sebut sebagai hamba di kita markus
BalasHapus