Selasa, 02 Juni 2015

Yesus Hamba Sejati Menurut Injil Markus




***
Oleh: Ayub Melkior, S. Th



Pendahuluan

Hamba dalam pandangan sosial masyarakat termasuk pada golongan yang rendah.  Zaman sekarang, kata hamba sudah tidak lagi dikenal, tetapi ada kata yang sepadan dengan itu yakni pembantu, dan buruh. Mereka kurang dihargai dalam pandangan masyarakat. Seorang hamba terkadang ditindas atau diperlakukan dengan kasar oleh tuannya. Hamba atau pembantu termasuk pekerja kasar, artinya seorang hamba mengerjakan pekerjaan apa saja yang  diperintahkan tuannya demi mendapatkan upah atau penghidupan.

Gambaran hamba dalam Alkitab ditemukan dalam nyanyian hamba Tuhan dari kitab Yesaya, yang menunjukkan bahwa hamba itu sangat menderita dan mati demi orang lain (Yes 53:12).  Menurut W.R.F Browning, “orang Kristen memahami nyanyian itu sebagai nubuat tentang Mesias yang akan datang. Penderitaan dan kematian-Nya adalah seperti yang dinyatakan oleh kitab suci dan sama sekali tidak kebetulan.”[1] Hamba itu memiliki tugas melayani bahkan nyawanya sekalipun ia berikan demi kesejahteraan orang di sekitarnya.

Injil Markus

Donald Guthrie berpendapat bahwa penulis injil Markus adalah Markus. Dibuktikan dengan pandangan Papias, Kanon Muratorian, Ireneus, Clement, Origen dan Jerome. Selain itu penulis injil ini selalu dikaitkan dengan Petrus sedangkan kritik lain mengatakan bahwa Markus ditulis oleh Yohanes Markus.[2]

Kebanyakan para pakar masa kini berpendapat bahwa tradisi dari pengaruh Petrus atas injil Markus adalah lebih praktis daripada historis yaitu tradisi demikian menjamin injil ini dengan kewibawaan rasuli. Menurut Walter M Post bahwa injil Markus ditulis oleh Markus seorang pengikut Tuhan, anak Maria yang rumahnya pernah dikunjungi Petrus (Kis 12:12). Markus ikut dalam perjalanan Barnabas dan Paulus yang pertama (Kis 12:15)

Wismoady Wahono mengakui bahwa injil Markus ditulis oleh orang yang bernama Markus yang dibuat dalam Kisah para rasul 12:12,25. Namun cerita itu tidak menunjukkan tentang injil Markus kecuali dikaitkan dengan penderitaan orang Kristen di Roma. Apapun pendapat para ahli, pada dasarnya penulis Markus adalah seorang yang dekat dengan Tuhan dan diberi hikmat untuk menulis tentang Yesus kepada semua orang. Ini terlihat pada bagian pertama injil Markus yakni permulaan injil Yesus Kristus Anak Allah (Mrk 1:1). Markus mengakui bahwa injil yang diberitakannya adalah injil mengenai Yesus Kristus. Injil Markus ditulis untuk orang Kristen bangsa Romawi. Hal itu ditandai dengan beberapa bukti:
1.      Injil ini tidak memuat banyak kutipan dari PL, hanya satu dua kutipan saja.
2.      Kata-kata dari bahasa Ibrani yang tidak dapat dipahami oleh orang asing, misalnya kata Boanerges (Mrk 3:17), Talita Kum (Mrk 5:41), Abba (Mrk 14:36), Eloi-Eloi (Mrk 15:34). Seandainya Yohanes Markus menulis Injilnya untuk orang Yahudi saja, sudah tentu kata-kata Ibrani itu perlu ditransletkan.
3.      Adat istiadat orang  yahudi di terangkan mengenai pembasuhan (Mrk 7:3), kedudukan Bait Allah menghadap bukit Zaitun (Mrk 13:3), penyembelihan anak domba Paskah (Mrk 14:12) dan persiapan hari Sabat (Mrk 15:42).
4.      Dalam bahasa aslinya, Yohanes Markus memakai beberapa perkataan Romawi. Seperti ‘speculator’ / pengawal (Mrk 6:27), xestes / tempat minuman (Mrk 7:4), dinar (Mrk 6:37), legion (Mrk 5:9,15).
Tulisan ini mungkin sekitar tahun 70 M ketika Roma menghancurkan Yerusalem. Namun teolog berkesimpulan bahwa Roma adalah tujuan penulisan injil Markus. 

Alasan Injil Markus ditulis adalah, karena pada tahun 60-an M, orang percaya pada saat itu diperlakukan secara kejam oleh penduduk kota tempat tinggal mereka. Banyak orang percaya disiksa bahkan dibunuh di bawah pemerintahan kaisar Nero. Menurut tradisi, orang Kristen di Roma terdapat juga rasul Petrus dan rasul Paulus mengalami penindasan. Selaku salah seorang pimpinan gereja di Roma, Yohanes Markus digerakkan oleh Roh Kudus menulis Injil sebagai suatu yang bersifat nubuat dan tanggapan penggembalaan terhadap masa penganiayaan yang terjadi pada masa itu.

Tujuan penulisan Injil Markus adalah, untuk memperkuat dasar iman orang percaya di Roma. Mereka didorong untuk dengan setia menderita demi Injil Yesus Kristus. Mereka diperhadapkan dengan kehidupan, penderitaan, dan kematian. Sehingga mereka bisa menghayati dan meyakini kebangkitan Yesus.[3] Penekanan utama Injil Markus akan Yesus adalah gambaran Kristus sebagai Hamba yang datang untuk melayani dan memberikan hidup-Nya sebagai tebusan bagi banyak orang (Mark 10:45).

Dua aspek dari sasaran Injil Markus ini, diambil penulis sebagai sasaran dalam pembahasan ini: Pertama, mengenal pribadi Yesus sebagai hamba Tuhan yang sempurna dari identitas dan karakter-Nya (1:1-13, 10:33-34), humble servant). Kedua, mengenal pelayanan Yesus sebagai hamba Tuhan yang sempurna dan selalu giat melayani sampai selamanya (15:37, 16:20, everactive servant).



Yesus Menurut Injil Markus


Markus memulai Injilnya dengan memperkenalkan Yesus sebagai Anak Allah. “Inilah Permulaan Injil tentang Yesus Kristus Anak Allah” (Mark 1:1) Meskipun Markus memperkenalkan Yesus sebagai anak Allah, tetapi Yesus menggunakan refrensi “Anak Manusia” bagi diri-Nya sendiri.  Dengan demikian, maka "Anak Allah" hanya dapat dipahami dalam terang judul yang lain, yaitu "Anak Manusia."

Istilah "Anak Manusia" muncul dalam Injil Markus dalam kata-kata Yesus, yang menggunakannya sebagai sebutan diri-Nya. Selanjutnya, Yesus tampaknya menggunakan gelar ini secara khusus sebagai koreksi terhadap pemahaman umum yang salah tentang "Anak Allah." Misalnya, dalam Markus 8:27-38, jawaban Yesus untuk pengakuan Petrus tentang Dia sebagai Mesias adalah bahwa Anak Manusia harus menderita. Demikian juga, jawaban Yesus atas pertanyaan Imam Besar, "Apakah Engkau Mesias, anak dari Yang Terpuji?" adalah "aku," ia langsung memenuhi syarat respon bahwa dengan menambahkan, "Dan kamu akan melihat Anak Manusia duduk pada sebelah kanan Allah ...."

Istilah "Anak Manusia" menekankan aspek kemanusiaan Yesus Kristus, meskipun tidak menutup kemungkinan sisi lain yaitu aspek keilahian, namun aspek keilahian ini lebih sering ditonjolkan dengan istilah "Anak Allah". Yesus Kristus adalah Allah, sekaligus sebagai manusia. Ini adalah topik yang dapat dikatakan cukup menonjol didalam Injil Markus.

Menurut para ahli, istilah Anak Manusia berasal dari kisah Daniel 7. Disitu “seorang seperti anak manusia” datang dengan awan-awan dari langit, “datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapan-Nya.” Kepada tokoh penting ini diberikan “kekuasaan dan kemuliaan, dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah.” (Daniel 7:13-14). Disini Anak manusia mempunyai hubungan yang erat dengan Allah, dan kekuasaannya atas umat manusia tak dapat diragukan.

Tampaknya Yesus memakai ungkapan tersebut untuk menunjukkan aspek-aspek tertentu dari karya, yang untuknya Ia datang ke dunia. Hal ini terungkap dalam karya-Nya sebagai anak manusia. Seperti:
·      Markus 2:10 “Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa"
·    Dalam sebuah pembahasan mengenai penyembuhan pada hari sabat, Yesus terlibat perdebatan dengan para pemimpin agama Israel, hal tersebut tercatat didalam Markus 2:28 jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat. Kata “Tuhan” didalam bahasa Yunaninya menggunakan kata kurios yang memiliki arti : “orang yang memiliki kekuasaan penuh untuk mengatur”, jadi Anak Manusia memiliki kuasa penuh untuk pengaturan atas hari Sabat.



Yesus Kristus Hamba Yang Setia


Dalam Injil ini, Tuhan Yesus dilukiskan sebagai Anak Manusia yang menghamba dengan setia. Berkenaan dengan pernyataan-Nya sebagai Anak Manusia yang akan melayani dan menanggung banyak penderitaan, Injil Markus mencatat beberapa kali pernyataan tersebut, yaitu :

·         Markus 8:31 “Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari.”
·         Markus 9:12 Jawab Yesus: "Memang Elia akan datang dahulu dan memulihkan segala sesuatu. Hanya, bagaimanakah dengan yang ada tertulis mengenai Anak Manusia, bahwa Ia akan banyak menderita dan akan dihinakan?”
·         Markus 9:31 sebab Ia sedang mengajar murid-murid-Nya. Ia berkata kepada mereka: "Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia, dan mereka akan membunuh Dia, dan tiga hari sesudah Ia dibunuh Ia akan bangkit."
·         Markus 10:33 kata-Nya: "Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah”
·         Markus 14:21  “Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan."
·         Markus 14:41  Kemudian Ia kembali untuk ketiga kalinya dan berkata kepada mereka: "Tidurlah sekarang dan istirahatlah. Cukuplah. Saatnya sudah tiba, lihat, Anak Manusia diserahkan ke tangan orang-orang berdosa.

Terlihat dengan jelas bahwa, penderitaan tersebut adalah sebuah hal yang menjadi sesuatu yang melekat dengan ungkapan Anak Manusia. Hal itu ditunjukan dalam Markus 8:31 yaitu pada kalimat “harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak.” Kata “harus”  memiliki ide dasar sesuatu yang perlu atau dibutuhkan karena memang hal itu telah mengikat pada personal yang harus menanggungnya.

Markus 10:45 Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." Ini menggambarkan salah satu fungsi dari ungkapan Anak Manusia yang melekat pada Yesus, bahwa Dia datang ke bumi untuk melayani, menyerahkan nyawanya bagi tugas penebusan dosa.  Dan Markus 14:61-62 menjelaskan bagaimana pernyataan secara tidak langsung Yesus mengenai siapakah Dia, dalam sebuah peristiwa menjelang penyaliban-Nya; “ Tetapi Ia tetap diam dan tidak menjawab apa-apa. Imam Besar itu bertanya kepada-Nya sekali lagi, katanya: "Apakah Engkau Mesias, Anak dari Yang Terpuji?" Jawab Yesus: "Akulah Dia, dan kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di tengah-tengah awan-awan di langit."

Dari semua refrensi dan pemaparan di atas, sikap Yesus sebagai Hamba yang melayani, dapat disimpulkan dalam tiga hal:

1.      Ia berdoa sebelum memulai pelayanan-Nya
“Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi keluar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana.” (Mark 1:35). Markus mencatat suatu kegiatan yang dilakukan Yesus sebagai pelayan, yaitu berdoa sebelum melakukan tugas-tugas pelayanan-Nya. Hal ini menunjukkan kebergantungan Yesus kepada Bapa-Nya, dan sikap-Nya yang begitu setia sebagai seorang hamba sejati.

2.      Ia melayani dan bukan dilayani.
“Karena anak manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan melayani...” dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” (Mark 10:45). Markus mengungkapkan Kehambaan Yesus dengan sangat jelas, dalam bagian ini, bahwa: Yesus datang untuk melayani.

3.      Ia rela menderita bagi orang banyak
“...dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” (Mark 10:45b). Ini menunjukkan bahwa Yesus bukan hanya seorang hamba yang melayani, tetapi Ia juga adalah hamba yang rela berkorban bagi orang lain.

Dalam sejarah, hamba yang diutus Tuhan selalu mendapat tantangan. Tantangan itu bisa saja dicela, dicaci bahkan mati karena memberitakan kebenaran. Pekerjaan hamba yang diutus Tuhan, bukanlah pekerjaan yang mudah.  Nyanyian tentang hamba yang menderita dalam Yesaya 49:3,  “Engkau adalah hamba-Ku..” menunjuk kepada Almasih, yaitu Yesus. Dan Penderitaan yang dimaksud Yesaya adalah penderitaan seseorang untuk orang lain.  Kemudian, hal ini nyata dan di catat oleh Matius, dalam  Injil Matius 8:17; Bahwa: “Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita.”

Jadi, Injil Markus menunjukkan bahwa Yesus Kristus adalah Hamba Allah yang merendahkan diri untuk melayani, dan rela memberikan diri-Nya sebagai korban ata dosa-dosa manusia.



Hamba Menurut Injil Markus


Dalam Markus 10:43-44, dua kata yang digunakan untuk menjelaskan siapa yang terbesar di kerajaan Allah. Kata tersebut adalah pelayan dan hamba. Dalam bahasa Yunani kata yang menunjuk hamba adalah doulos.[4]  Konsep “hamba” sama dengan konsep “Anak manusia” Kedua istilah ini setara dengan nyanyian hamba yang menderita dalam Yesaya 53.

Pada dasarnya hamba dalam teks Markus 10:44, menjelaskan posisi hamba kaitannya dengan Anak manusia yang menderita. Seperti yang dijelaskan dalam ayat 45: “karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”

Penekanan Yesus pada “hamba” dalam nas ini berkaitan dengan permintaan Yakobus dan Yohanes. Yesus memanggil murid-murid-Nya ketika permintaan Yakobus dan Yohanes diajukan, kemudian Yesus menjelaskan melalui ayat ini, bahwa sikap ingin menjadi penguasa dan menindas adalah bukan sikap yang injili. Di sini, pesan Markus sangat relevan bagi pemimpin gereja, bahwa menjadi pemimpin gereja berarti melayani kebutuhan saudara-saudaranya. Pengikut Yesus cenderung melupakan pengajaran Yesus tentang pengorbanan Yesus, di mana Ia melayani banyak orang bahkan mati di kayu salib. Melayani dengan hati hamba adalah sesuatu yang hampir mustahil dilakukan pada saat ini, namun penderitaan merupakan bagian dari orang yang mau dipakai oleh Tuhan, karena kemuliaan seorang murid, menurut Markus adalah menjadi hamba seperti Yesus.

Hamba dalam injil Markus dijelaskan sebagai objek atau milik. Tetapi dalam Markus 10:44, “hamba” yang ditekankan Yesus, adalah sebagai pelaku atau subjek. Di sini jelaslah bahwa pernyataan Yesus tentang menjadi terbesar hendaknya menjadi hamba, bukanlah sebagai objek penderita seperti nas lain dalam Injil Markus, tetapi sebagai pelaku, seperti hamba taat pada majikannya dalam melakukan tugasnya demikian jugalah kita dalam menjalankan seluruh tugas yang diberikan Tuhan kepada kita. Setiap orang dituntut untuk sabar menangung penderitaan. Jalan penghambaan atau dengan sadar mau menderita bagi orang lain, memang bukanlah jalan yang baik untuk dilalui tetapi itu adalah sebuah sikap terpuji, yang perlu dimiliki setiap pribadi dalam menjalankan tugas yang dilakukan.


Kesimpulan

Seluruh kajian di atas menunjukkan bahwa hamba menggambarkan kerendahan hati dan mau menjalankan perintah Tuannya tanpa ada bantahan terhadap tugas yang diberikan. Model hamba telah diberikan oleh Yesus yaitu melayani dan bukan dilayani, berkorban untuk orang lain dan bukan mencari keungtungan pribadi. Hamba adalah milik tuannya dan memiliki kewajiban untuk melaksanakan tugas sesuai keinginan majikannya.


Aplikasi

Dengan menyadari betapa Yesus Kristus sangat merendahkan hati-Nya untuk melayani, hendaknya setiap orang yang ingin menjadi besar dalam kerajaan Allah, menjadi hamba Tuhan yang rendah hati, rela berkorban dan bersedia untuk melayani dan bukan dilayani.


Kata Bijak
“Siapa saja yang menganggap dirinya terlalu besar untuk mengerjakan hal-hal kecil, akan menjadi terlalu kecil untuk hal-hal besar.”


Catatan:
Karya ini dilindungi Undang-undang Hak Cipta pasal  72 No. 19  ayat 1 dan 2 tahun 2002.
Boleh dicopy untuk digunakan sebagai bahan pengajaran, dengan mencantumkan alamat penulisan. Terimakasih, Tuhan Yesus memberkati




Daftar Pusatak

[1] W.R.F. Browning, Kamus Alkitab (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010), 131
[2] Donald Guthrie, Pengantar Perjanjian Baru 1 (Surabaya: Momentum, 2010), Hal. 61
[3]Sabda, Latar Belakang Kitab Markus, akses tanggal 29 Oktober 2013, tersedia di http: www.sttintimnetintexs.htm NetInText/SABDA-Web/P_index.htm.
[4] Samuel Benyamin Hakh, Op. Cit, 108

1 komentar: