Rabu, 03 Juni 2015

"Sifat-Sifat Dasar Allah"



***
Oleh: Ayub Melkior, S. Th




Pendahuluan

Kitab suci memperlihatkan dua fakta : Allah  tak dapat dipahami (Ayub 11:7), dan Allah dapat diketahui (Yoh 14:7; 17:3 dan 1 Yoh 5:20). Mengenal Allah harus melalui Allah sendiri yang berbicara tentang diri-Nya, dalam hal ini ukuran yang tak dapat salah yang menentukan kebenaran sejati adalah firman Allah yang tertulis. Pengetahuan tentang Allah diperoleh sejauh mana Allah menyatakan diri-Nya bagi kita. Secara umum ada dua cara Allah memprakarsai penyataan diri-Nya, yaitu: Melalui penyataan umum dan penyataan khusus.

Penyataan umum tampak pada hasil ciptaan-Nya, keteraturan dan manusia.  Alam semesta tidak jadi dengan sendirinya, melainkan merupakan Karya dari suatu pribadi. Keteraturan dunia ini mengharuskan adanya seorang yang merencanakannya. Nilai dalam penyataan umum ini adalah, menyatakan Anugerah Allah, memberikan bobot kepada perkara teisme, menghukum para penolak secara adil. Penyataan khusus mencakup berbagai cara yang dipakai Allah untuk menyampaikan wahyu-Nya yang disusun di dalam Alkitab.

Karena manusia diciptakan serupa dan segambar dengan Allah, maka manusia dapat belajar untuk memahami sesuatu tentang kehidupan pribadi dari Allah yang terpancar dari kepribadian-Nya sebagaimana dinyatakannya kepada manusia. Akan tetapi kita harus selalu hati-hati, untuk tidak meletakkan kepribadian manusia sebagai patokan yang dengannya kepribadian Allah harus diukur.

Bentuk asli dari kepribadian tidaklah berada dalam diri manusia tetapi dalam diri Allah. Kepribadian Allah adalah bentuk cetakan awal, sedangkan kepribadian manusia adalah hasil cetakannya. Kepribadian manusia tidaklah persis sama dengan kepribadian Allah, tetapi masih membawa bekas-bekas yang samar dari kepribadian Allah itu.

Kehidupan Allah menjulang dengan jelas dalam Alkitab sebagai kehidupan personal. Adalah sangat penting untuk tetap berpegang pada kepribadian Allah, sebab tanpanya tak akan mungkin ada agama dalam arti yang sebenar-benarnya: tidak ada doa, tidak ada persekutuan pribadi, tidak ada kepercayaan yang penuh, tidak ada pengharapan yang benar.


Cara Allah Menyingkapkan Sifat-Sifat-Nya

Adalah benar bahwa Alkitab tidak pernah membicarakan keberadaan Allah terlepas dari sifat-sifat-Nya, karena Allah adalah apa yang Ia sendiri nyatakan tentang diri-Nya. Sepanjang PL terdapat kepercayaan bahwa Allah dapat muncul pada setiap saat dan di setiap tempat, meskipun Ia tidak dapat dihubungkan dengan suatu tempat tertentu untuk selama-lamanya. Ia dapat menjadikan suatu objek yang terlihat sebagai sarana kehadiran-Nya. Misalnya:

·        Melalui Malaikat Tuhan
Dalam PL, Malaikat Tuhan boleh jadi hanya seorang utusan Allah yang berbeda dengan Allah sendiri (2 Sam 2:24), atau juga dapat diidentifikasikan sebagai Tuhan sendiri (Kej 16 :7-14).

Suatu ciri khas teori Teofani ini ialah bahwa kita tidak dapat dengan pasti menarik suatu garis pemisah yang jelas antara kehadiran seorang wakil Allah dan Allah sendiri. Hal ini juga terlihat dalam diri para nabi, dimana Allah dan Firman-Nya terlihat begitu dekat, sehingga secara tidak sadar nabi dapat berbicara dengan menggunakan kata ganti orang pertama.

·        Wajah Allah
Wajah Allah nampak sebagai kehadiran-Nya yang tanpa terselubung (Kel 33:20). Manusia yang berdosa tidak dapat melihat wajah Allah. Meskipun demikian, istilah “wajah Allah” dipakai Alkitab sebagai kiasan untuk menunjukkan  kehadiran Allah yang dekat.

Bila wajah Allah menyinari seseorang, berarti orang itu mengalami berkat Allah (Bil 6:25); dan sebaliknya bila Tuhan menyembunyikan wajahnya terhadap seseorang berarti orang itu mengalami derita dan kesusahan (Maz 13:2).

·        Kemuliaan Allah
Dalam PL, kemuliaan Allah berkenaan dengan bobot atau hakikat yang terlihat. Seperti seorang manusia, kemuliaannya ialah harta dan kekayaan (Kej 3:1). Pemahaman kemuliaan yang dipakai mempunyai arti ganda, yaitu untuk menunjukkan hormat (memuliakan) dan yang membangkitkan rasa hormat tersebut. Bila dikenakan pada Allah, maka kata tersebut berarti perwujudan potensi Ilahi. Sewaktu Allah berjanji bahwa Musa akan melihat kemuliaan-Nya (Kel 16:7), itu berarti Musa dan bangsa Israel akan melihat pemeliharaan-Nya.

·        Antropomorfisme
Antropomorfisme atau penyataan Allah dengan istilah-istilah manusiawi seperti: Bercakap-cakap (Im 4:1); Mendengar (Kel 16:12); Melihat (Kej 1:4);  Mencium (1 Sam 26:19); mempunyai wajah (Bil 6:25); Belakang (Kel 33:23); Tangan (Yes 14:27) dan sebagainya. Cara-cara ini merupakan contoh dari berbagai usaha kasih Allah untuk mencapai manusia di Bumi.

Dengan menyebut diri-Nya dengan istilah-istilah manusiawi, Allah menekankan bahwa dengan caranya yang khas, Ia mengambil bagian dalam dunianya kita. Selain itu, Antropomorfisme berbicara mengenai penciptaan manusia menurut gambar Allah dan keinginan Allah untuk bersekutu dengan manusia.

Sebagai hasilnya ialah bahwa pengungkapan-pengungkapan ini memberikan kekayaan pengenalan akan sifat-sifat  Allah bagi kita.


Watak Allah

Alkitab menyaksikan bahwa keberadaan Allah diberitakan di seluruh dunia (Maz 14:1). Walaupun demikian, PL memperhatikan uraian panjang lebar tentang kenyataan konkrit Allah dalam aktivitas-Nya. Oleh sebab itu kita dapat mengerti aspek tertentu dari sifat Allah melalui kisah keterlibatan Allah terhadap umat-Nya. Misalnya:

·        Allah adalah pribadi
Karena Ia memberi nama kepada diri-Nya sendiri, maka Ia adalah Pribadi.  Dengan memberikan nama-Nya itu, Allah sendiri keluar dari tempat-Nya yang rahasia dan membuka diri dalam persekutuan. Meskipun dilarang untuk menyebut nama Allah dengan sembarangan, hal itu tidak ada hubungannya dengan kekuatan magis seperti halnya dalam agama kafir. Dengan memberikan nama bagi diri-Nya sendiri, maka Allah hendak menekankan tiga hal:

1.   Kehadiran Allah di tengah-tengah umat-Nya, lepas dari aspek kebendaan atau penampilan yang berkaitan dengan kehadiran tersebut.
2.   Campur tangan Allah dalam kehidupan umat-Nya.
3.   Keaktifan-Nya secara langsung untuk terlibat dalam kehidupan umat-Nya. Ini termuat dalam nama-Nya yang dikenalkan kepada umat-Nya, seperti:

a.     El
El, berarti Ia adalah seorang pemimpin besar. Ini menekankan jarak antara Allah dan manusia. El sering dikaitkan dengan nama lain: El Shaddai, yang menekankan sifat yang agung dan mahakuasa. El Alion/ Alion= Allah yang mahatinggi; El Olam= Allah yang tiada berkesudahan/kekal; El Roeh = Allah yang melihat; dan Elohim, yang dalam bentuk jamak sebagai kedaulatan tertinggi.

b.    Yahweh
Nama ini dikaitkan dengan kata kerja “adalah” (Kel 3:14) dan merupakan penyebutan khusus bagi Israel untuk Allah. Nama ini membedakan ibadah bangsa Israel dengan ibadah bangsa lain. Dengan demikian berbicara mengenai kehadiran dan perhatian Allah.

c.     Tuhan Sabaoth (Tuhan semesta alam)
Gagasan ini dihubungkan dengan Allah sebagai seorang pejuang (1 Sam 17:45), yang berarti Allah sebagai pemimpin dan penyelamat di medan pertempuran. Pada masa yang lebih awal, nampaknya nama ini dihubungkan dengan Bahtera.

d.    Melek (Raja)
Berbicara tentang Tuhan yang memerintah selama-lamanya (Kel 15:18). Banyaknya nama Allah ini di dalam Kitab Suci, menambah penyataan tentang sifat-Nya.

·        Allah adalah Roh
Dapat dikatakan bahwa Allah adalah Roh sejati, berpribadi dan tidak terbatas. Definisi ini tidak terdapat dalam PL, tapi dalam PB (Yoh 4:24). Ini menunjukkan bahwa ciri penyingkapan Allah dalam PL cenderung memakai Antropomorfisme dan berpusat pada pemberian nama-Nya, untuk menekankan sifat kepribadian Allah dan bukan kerohanian-Nya, sebagai dasar Agama PL.

Sebagai Roh, Allah tanpa ikatan dan batasan apapun atas keberadaan-Nya, serta setiap aspek dalam sifat-Nya tidak terbatas.

·        Allah itu Esa (Monoteisme)

Secara teknis ini adalah pemujaan kepada satu Allah saja (monolatry). Abraham sadar bahwa Allah itu yang empunya langit dan bumi. Musa mengakui bahwa Tuhan itu Allah dan tidak ada yang lain (Ul 4:35; 39). Esa, menunjukk kepada kebesaran Allah itu begitu besar sehingga tidak tersaingi.

 
Karakter dan Kegiatan Allah

Sifat-sifat dasar Allah mula-mula terlihat dari penyingkapan-Nya. Dan selajutnya dilukiskan dalam perbuatan-perbuatan-Nya yang nyata dalam kehidupan umat-Nya. Hanya melalui perbuatan-perbuatan-Nya kita sungguh mengerti watak Allah. Ketika Pemazmur memuji Allah, ia berkata: “Biarlah mereka bersyukur kepada Tuhan karena kasih setia-Nya, karena perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib terhadap anak-anak manusia” (Maz 107:8).

Jadi kita tidak dibiarkan mengira-ngira tentang siapakah Allah, melainkan kita dapat melihat-Nya dengan jelas dalam perbuatan-perbuatan-Nya.
Perbuatan-perbuatan Allah itu menunjuk kepada:

·        Kekuasaan Allah
Semua perbuatan Allah menunjukkan kekuasaan-Nya, tetapi tidak pernah merupakan kuasa yang sewenang-wenang. Pemazmur bersaksi: “Allah kita di sorga, Ia melakukan apa yang dikehendaki-Nya (Maz 115:3). Kenangan akan kepergian Israel dari Mesir, yang membuat Israel bernanyi: “Tuhan itu kekuatanku dan Mazmurku....Tangan kanan-Mu, Tuhan, mulia karena kakuasaan-Mu” (Kel 15:2). 

Kesadaran akan kekuasaan Tuhan yang dinyatakan demi kepentingan umat-Nya, diperkaya dengan kepercayaan akan kuasa-Nya sebagai sang pencipta.
Berkaitan dengan kekuasaan-Nya, terdapat pemikiran bahwa Allah itu dahsyat. Dan ini dapat dialami sebagai hukuman maupun berkat, dan dinyatakan dalam konteks moral.

·        Kekudusan Allah
Ini adalah pusat watak Allah. Kata Ibraninya berarti “memecilkan” atau “mengkhususkan”. Kata ini dipakai untuk menunjukkan sesuatu yang dipisahkan dari pemakaian sehari-hari untuk ibadah suci. Misalnya “hari ketujuh” (Kej 2:3) “dikhususkan” atau “dikuduskan” oleh Allah dan bagi Allah.

Gagasan tentang kekudusan, dikaitkan dengan kemurnian moral. Pengertian dalam PL tentang kekudusan, pertama-tama dikaitkan dengan Allah, baru kemudian lewat perintah-Nya, benda-benda dan tempat-tempat. Jika diperluas, kekudusan Tuhan berkaitan dengan umat yang dipilih-Nya.

Meskipun hanya Allah yang kudus, namun kekudusan yang memancar dari-Nya, meliputi seluruh bumi (Kel 15:11). Kekudusan di PL membawa pesan samar-samar akan kesempurnaan kekuatan dan kehidupan dalam konteks pribadi dan moral.

·        Kebenaran Allah
Kebenaran berkaitan dengan kekudusan. Ini menunjuk pada perilaku yang benar, watak yang benar, sikap lurus, selaras dengan norma tertentu. Tetapi artinya yang luas ialah, sesuatu yang tulen atau wajar.

Dapat ditambahkan bahwa sebab Allah itu benar, maka Ia akan adil. Kata ini pertama kali digunakan Musa “Adil dan benar Dia” (Ul 32:4). Dalam Hakim-hakim 5:11, tindakan Allah untuk menyelamatkan umat-Nya disebut “tindakan Tuhan yang adil”. Hubungan Allah dengan umat-Nya menjadi konteks untuk menyingkapkan keadilan-Nya. Konsepsi keadilan Allah ini, dinyatakan dalam Pengadilan Allah dan juga murka Allah.

·        Kemurahan dan Kasih Allah
Istilah ini diterjemahkan dengan berbagai kata seperti: kemurahan, kasih setia, kasih perjanjian atau kasih yang tetap. Arti pokok kemurahan dan kasih Allah ialah kekuatan. Dalam hubungannya dengan Allah, ini berarti Allah menunjukkan kebaikan hati-Nya, tanpa mempedulikan jasa. Bila dihubungkan dengan manusia, berarti kesalehan dan kesetiaan.

Kemurahan dalam konteks perjanjian, berkembang ke arah “pertanggungjawaban bersama mereka yang adalah kaum keluarga, sahabat, hamba atau dalam hubungan saling memiliki lainnya.”. Dalam hal ini, kesetiaan dan kesabaran Allah terhadap umat-Nya, menyakatakan kemurahan-Nya.

Berkaitan dengan kasih-Nya, adalah gagasan tentang panjang sabar-Nya Allah. Kemurahan-Nya melebihi murka (Maz 30:6); meski ada batasan-batasan-Nya juga (Nahum 1:3; Kel 34:7).

Penyingkapan PL tentang kemurahan Allah yang menebus (Maz 86:5), banyak berperan dalam menanti-nantikan pemahaman PB yang luar biasa mengenai “agape’ yang diungkapkan secara sempurna di dalam Yesus Kristus (1 Yoh 4:9-10).


Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengenalan akan sifat-sifat Allah harus dilihat dari penyingkapan diri Allah, baik itu melalui objek-objek yang digunakan Allah, maupun perbuatan-perbuatan Allah dan penyingkapan nama-nama yang diperkenalkan Allah sendiri kepada manusia, sebab keberadaan Allah tidak pernah terlepas dari sifat-sifat-Nya.
Allah adalah Pribadi dan Esa. Dia adalah Roh. Sifat dasar-Nya adalah Berkuasa; Kudus; benar dan adil serta penuh kemurahan dan kasih sayang.

Catatan:
Karya ini dilindungi Undang-undang Hak Cipta pasal  72 No. 19  ayat 1 dan 2 tahun 2002. Boleh dicopy untuk digunakan sebagai bahan pengajaran, dengan mencantumkan alamat penulisan: (http//materikuliahS2melkiorayub.com).
Terimakasih, Tuhan Yesus memberkati

2 komentar:

  1. Trimakasih atas pelajaran yang sangat bagus untuk dijadikan sebagai bahan dan dasar untuk memicu saya untuk mencintai teologi

    BalasHapus