***
Oleh: Ayub
Melkior, S. Th
Pendahuluan
Kitab
suci memperlihatkan dua fakta : Allah
tak dapat dipahami (Ayub 11:7), dan Allah dapat diketahui (Yoh 14:7;
17:3 dan 1 Yoh 5:20). Mengenal Allah harus melalui Allah sendiri yang berbicara
tentang diri-Nya, dalam hal ini ukuran yang tak dapat salah yang menentukan
kebenaran sejati adalah firman Allah yang tertulis. Pengetahuan tentang Allah
diperoleh sejauh mana Allah menyatakan diri-Nya bagi kita. Secara umum ada dua
cara Allah memprakarsai penyataan diri-Nya, yaitu: Melalui penyataan umum dan
penyataan khusus.
Penyataan
umum tampak pada hasil ciptaan-Nya, keteraturan dan manusia. Alam semesta tidak jadi dengan sendirinya,
melainkan merupakan Karya dari suatu pribadi. Keteraturan dunia ini
mengharuskan adanya seorang yang merencanakannya. Nilai dalam penyataan umum
ini adalah, menyatakan Anugerah Allah, memberikan bobot kepada perkara teisme,
menghukum para penolak secara adil. Penyataan khusus mencakup berbagai cara
yang dipakai Allah untuk menyampaikan wahyu-Nya yang disusun di dalam Alkitab.
Karena
manusia diciptakan serupa dan segambar dengan Allah, maka manusia dapat belajar
untuk memahami sesuatu tentang kehidupan pribadi dari Allah yang terpancar dari
kepribadian-Nya sebagaimana dinyatakannya kepada manusia. Akan tetapi kita
harus selalu hati-hati, untuk tidak meletakkan kepribadian manusia sebagai
patokan yang dengannya kepribadian Allah harus diukur.
Bentuk
asli dari kepribadian tidaklah berada dalam diri manusia tetapi dalam diri
Allah. Kepribadian Allah adalah bentuk cetakan awal, sedangkan kepribadian
manusia adalah hasil cetakannya. Kepribadian manusia tidaklah persis sama
dengan kepribadian Allah, tetapi masih membawa bekas-bekas yang samar dari
kepribadian Allah itu.
Kehidupan
Allah menjulang dengan jelas dalam Alkitab sebagai kehidupan personal. Adalah
sangat penting untuk tetap berpegang pada kepribadian Allah, sebab tanpanya tak
akan mungkin ada agama dalam arti yang sebenar-benarnya: tidak ada doa, tidak
ada persekutuan pribadi, tidak ada kepercayaan yang penuh, tidak ada
pengharapan yang benar.
Cara
Allah Menyingkapkan Sifat-Sifat-Nya
Adalah benar bahwa Alkitab tidak pernah
membicarakan keberadaan Allah terlepas dari sifat-sifat-Nya, karena Allah
adalah apa yang Ia sendiri nyatakan tentang diri-Nya. Sepanjang PL terdapat
kepercayaan bahwa Allah dapat muncul pada setiap saat dan di setiap tempat,
meskipun Ia tidak dapat dihubungkan dengan suatu tempat tertentu untuk
selama-lamanya. Ia dapat menjadikan suatu objek yang terlihat sebagai sarana
kehadiran-Nya. Misalnya:
·
Melalui Malaikat Tuhan
Dalam PL, Malaikat Tuhan
boleh jadi hanya seorang utusan Allah yang berbeda dengan Allah sendiri (2 Sam
2:24), atau juga dapat diidentifikasikan sebagai Tuhan sendiri (Kej 16 :7-14).
Suatu ciri khas teori
Teofani ini ialah bahwa kita tidak dapat dengan pasti menarik suatu garis
pemisah yang jelas antara kehadiran seorang wakil Allah dan Allah sendiri. Hal
ini juga terlihat dalam diri para nabi, dimana Allah dan Firman-Nya terlihat
begitu dekat, sehingga secara tidak sadar nabi dapat berbicara dengan
menggunakan kata ganti orang pertama.
·
Wajah Allah
Wajah Allah nampak
sebagai kehadiran-Nya yang tanpa terselubung (Kel 33:20). Manusia yang berdosa
tidak dapat melihat wajah Allah. Meskipun demikian, istilah “wajah Allah”
dipakai Alkitab sebagai kiasan untuk menunjukkan kehadiran Allah yang dekat.
Bila wajah Allah
menyinari seseorang, berarti orang itu mengalami berkat Allah (Bil 6:25); dan
sebaliknya bila Tuhan menyembunyikan wajahnya terhadap seseorang berarti orang
itu mengalami derita dan kesusahan (Maz 13:2).
·
Kemuliaan Allah
Dalam PL, kemuliaan
Allah berkenaan dengan bobot atau hakikat yang terlihat. Seperti seorang
manusia, kemuliaannya ialah harta dan kekayaan (Kej 3:1). Pemahaman kemuliaan
yang dipakai mempunyai arti ganda, yaitu untuk menunjukkan hormat (memuliakan)
dan yang membangkitkan rasa hormat tersebut. Bila dikenakan pada Allah, maka
kata tersebut berarti perwujudan potensi Ilahi. Sewaktu Allah berjanji bahwa
Musa akan melihat kemuliaan-Nya (Kel 16:7), itu berarti Musa dan bangsa Israel
akan melihat pemeliharaan-Nya.
·
Antropomorfisme
Antropomorfisme atau
penyataan Allah dengan istilah-istilah manusiawi seperti: Bercakap-cakap (Im
4:1); Mendengar (Kel 16:12); Melihat (Kej 1:4);
Mencium (1 Sam 26:19); mempunyai wajah (Bil 6:25); Belakang (Kel 33:23);
Tangan (Yes 14:27) dan sebagainya. Cara-cara ini merupakan contoh dari berbagai
usaha kasih Allah untuk mencapai manusia di Bumi.
Dengan menyebut diri-Nya dengan
istilah-istilah manusiawi, Allah menekankan bahwa dengan caranya yang khas, Ia
mengambil bagian dalam dunianya kita. Selain itu, Antropomorfisme berbicara
mengenai penciptaan manusia menurut gambar Allah dan keinginan Allah untuk
bersekutu dengan manusia.
Sebagai
hasilnya ialah bahwa pengungkapan-pengungkapan ini memberikan kekayaan
pengenalan akan sifat-sifat Allah bagi
kita.
Watak
Allah
Alkitab menyaksikan bahwa keberadaan Allah
diberitakan di seluruh dunia (Maz 14:1). Walaupun demikian, PL memperhatikan
uraian panjang lebar tentang kenyataan konkrit Allah dalam aktivitas-Nya. Oleh
sebab itu kita dapat mengerti aspek tertentu dari sifat Allah melalui kisah
keterlibatan Allah terhadap umat-Nya. Misalnya:
·
Allah adalah pribadi
Karena Ia memberi nama
kepada diri-Nya sendiri, maka Ia adalah Pribadi. Dengan memberikan nama-Nya itu, Allah sendiri
keluar dari tempat-Nya yang rahasia dan membuka diri dalam persekutuan. Meskipun
dilarang untuk menyebut nama Allah dengan sembarangan, hal itu tidak ada
hubungannya dengan kekuatan magis seperti halnya dalam agama kafir. Dengan
memberikan nama bagi diri-Nya sendiri, maka Allah hendak menekankan tiga hal:
1.
Kehadiran Allah di
tengah-tengah umat-Nya, lepas dari aspek kebendaan atau penampilan yang
berkaitan dengan kehadiran tersebut.
2.
Campur tangan Allah
dalam kehidupan umat-Nya.
3.
Keaktifan-Nya secara
langsung untuk terlibat dalam kehidupan umat-Nya. Ini termuat dalam nama-Nya
yang dikenalkan kepada umat-Nya, seperti:
a. El
El, berarti Ia adalah
seorang pemimpin besar. Ini menekankan jarak antara Allah dan manusia. El
sering dikaitkan dengan nama lain: El Shaddai, yang menekankan sifat yang agung
dan mahakuasa. El Alion/ Alion= Allah yang mahatinggi; El Olam= Allah yang
tiada berkesudahan/kekal; El Roeh = Allah yang melihat; dan Elohim, yang dalam
bentuk jamak sebagai kedaulatan tertinggi.
b. Yahweh
Nama ini dikaitkan
dengan kata kerja “adalah” (Kel 3:14) dan merupakan penyebutan khusus bagi
Israel untuk Allah. Nama ini membedakan ibadah bangsa Israel dengan ibadah
bangsa lain. Dengan demikian berbicara mengenai kehadiran dan perhatian Allah.
c. Tuhan Sabaoth (Tuhan semesta alam)
Gagasan ini dihubungkan
dengan Allah sebagai seorang pejuang (1 Sam 17:45), yang berarti Allah sebagai
pemimpin dan penyelamat di medan pertempuran. Pada masa yang lebih awal,
nampaknya nama ini dihubungkan dengan Bahtera.
d. Melek (Raja)
Berbicara tentang Tuhan
yang memerintah selama-lamanya (Kel 15:18). Banyaknya nama Allah ini di dalam
Kitab Suci, menambah penyataan tentang sifat-Nya.
·
Allah adalah Roh
Dapat dikatakan bahwa
Allah adalah Roh sejati, berpribadi dan tidak terbatas. Definisi ini tidak
terdapat dalam PL, tapi dalam PB (Yoh 4:24). Ini menunjukkan bahwa ciri
penyingkapan Allah dalam PL cenderung memakai Antropomorfisme dan berpusat pada
pemberian nama-Nya, untuk menekankan sifat kepribadian Allah dan bukan
kerohanian-Nya, sebagai dasar Agama PL.
Sebagai Roh, Allah tanpa
ikatan dan batasan apapun atas keberadaan-Nya, serta setiap aspek dalam
sifat-Nya tidak terbatas.
·
Allah itu Esa
(Monoteisme)
Secara teknis ini adalah
pemujaan kepada satu Allah saja (monolatry). Abraham sadar bahwa Allah itu yang
empunya langit dan bumi. Musa mengakui bahwa Tuhan itu Allah dan tidak ada yang
lain (Ul 4:35; 39). Esa, menunjukk kepada kebesaran Allah itu begitu besar
sehingga tidak tersaingi.
Karakter
dan Kegiatan Allah
Sifat-sifat dasar Allah mula-mula terlihat dari
penyingkapan-Nya. Dan selajutnya dilukiskan dalam perbuatan-perbuatan-Nya yang
nyata dalam kehidupan umat-Nya. Hanya melalui perbuatan-perbuatan-Nya kita
sungguh mengerti watak Allah. Ketika Pemazmur memuji Allah, ia berkata: “Biarlah
mereka bersyukur kepada Tuhan karena kasih setia-Nya, karena
perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib terhadap anak-anak manusia” (Maz 107:8).
Jadi kita
tidak dibiarkan mengira-ngira tentang siapakah Allah, melainkan kita dapat
melihat-Nya dengan jelas dalam perbuatan-perbuatan-Nya.
Perbuatan-perbuatan
Allah itu menunjuk kepada:
·
Kekuasaan Allah
Semua perbuatan Allah
menunjukkan kekuasaan-Nya, tetapi tidak pernah merupakan kuasa yang
sewenang-wenang. Pemazmur bersaksi: “Allah kita di sorga, Ia melakukan apa
yang dikehendaki-Nya (Maz 115:3). Kenangan akan kepergian Israel dari
Mesir, yang membuat Israel bernanyi: “Tuhan itu kekuatanku dan
Mazmurku....Tangan kanan-Mu, Tuhan, mulia karena kakuasaan-Mu” (Kel 15:2).
Kesadaran akan kekuasaan Tuhan yang dinyatakan demi kepentingan umat-Nya,
diperkaya dengan kepercayaan akan kuasa-Nya sebagai sang pencipta.
Berkaitan dengan
kekuasaan-Nya, terdapat pemikiran bahwa Allah itu dahsyat. Dan ini dapat dialami
sebagai hukuman maupun berkat, dan dinyatakan dalam konteks moral.
·
Kekudusan Allah
Ini adalah pusat watak
Allah. Kata Ibraninya berarti “memecilkan” atau “mengkhususkan”. Kata ini
dipakai untuk menunjukkan sesuatu yang dipisahkan dari pemakaian sehari-hari
untuk ibadah suci. Misalnya “hari ketujuh” (Kej 2:3) “dikhususkan” atau
“dikuduskan” oleh Allah dan bagi Allah.
Gagasan tentang
kekudusan, dikaitkan dengan kemurnian moral. Pengertian dalam PL tentang
kekudusan, pertama-tama dikaitkan dengan Allah, baru kemudian lewat
perintah-Nya, benda-benda dan tempat-tempat. Jika diperluas, kekudusan Tuhan
berkaitan dengan umat yang dipilih-Nya.
Meskipun hanya Allah
yang kudus, namun kekudusan yang memancar dari-Nya, meliputi seluruh bumi (Kel
15:11). Kekudusan di PL membawa pesan samar-samar akan kesempurnaan kekuatan
dan kehidupan dalam konteks pribadi dan moral.
·
Kebenaran Allah
Kebenaran berkaitan
dengan kekudusan. Ini menunjuk pada perilaku yang benar, watak yang benar,
sikap lurus, selaras dengan norma tertentu. Tetapi artinya yang luas ialah,
sesuatu yang tulen atau wajar.
Dapat ditambahkan bahwa
sebab Allah itu benar, maka Ia akan adil. Kata ini pertama kali digunakan Musa
“Adil dan benar Dia” (Ul 32:4). Dalam Hakim-hakim 5:11, tindakan Allah
untuk menyelamatkan umat-Nya disebut “tindakan Tuhan yang adil”. Hubungan
Allah dengan umat-Nya menjadi konteks untuk menyingkapkan keadilan-Nya. Konsepsi
keadilan Allah ini, dinyatakan dalam Pengadilan Allah dan juga murka Allah.
·
Kemurahan dan Kasih
Allah
Istilah ini
diterjemahkan dengan berbagai kata seperti: kemurahan, kasih setia, kasih
perjanjian atau kasih yang tetap. Arti pokok kemurahan dan kasih Allah ialah
kekuatan. Dalam hubungannya dengan Allah, ini berarti Allah menunjukkan
kebaikan hati-Nya, tanpa mempedulikan jasa. Bila dihubungkan dengan manusia,
berarti kesalehan dan kesetiaan.
Kemurahan dalam konteks
perjanjian, berkembang ke arah “pertanggungjawaban bersama mereka yang adalah
kaum keluarga, sahabat, hamba atau dalam hubungan saling memiliki lainnya.”.
Dalam hal ini, kesetiaan dan kesabaran Allah terhadap umat-Nya, menyakatakan
kemurahan-Nya.
Berkaitan dengan
kasih-Nya, adalah gagasan tentang panjang sabar-Nya Allah. Kemurahan-Nya
melebihi murka (Maz 30:6); meski ada batasan-batasan-Nya juga (Nahum 1:3; Kel
34:7).
Penyingkapan PL tentang
kemurahan Allah yang menebus (Maz 86:5), banyak berperan dalam menanti-nantikan
pemahaman PB yang luar biasa mengenai “agape’ yang diungkapkan secara sempurna
di dalam Yesus Kristus (1 Yoh 4:9-10).
Kesimpulan
Berdasarkan
uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengenalan akan sifat-sifat Allah
harus dilihat dari penyingkapan diri Allah, baik itu melalui objek-objek yang
digunakan Allah, maupun perbuatan-perbuatan Allah dan penyingkapan nama-nama
yang diperkenalkan Allah sendiri kepada manusia, sebab keberadaan Allah tidak pernah
terlepas dari sifat-sifat-Nya.
Allah
adalah Pribadi dan Esa. Dia adalah Roh. Sifat dasar-Nya adalah Berkuasa; Kudus;
benar dan adil serta penuh kemurahan dan kasih sayang.
Catatan:
Karya ini
dilindungi Undang-undang Hak Cipta pasal 72 No. 19 ayat 1 dan 2 tahun 2002. Boleh
dicopy untuk digunakan sebagai bahan pengajaran, dengan mencantumkan alamat
penulisan: (http//materikuliahS2melkiorayub.com).
Terimakasih, Tuhan Yesus memberkati
Terimakasih
BalasHapusTrimakasih atas pelajaran yang sangat bagus untuk dijadikan sebagai bahan dan dasar untuk memicu saya untuk mencintai teologi
BalasHapus