Selasa, 02 Juni 2015

Filsafat Ilmu (Bukan Ilmu Filsafat)




Oleh: Ayub Melkior, S.Th



Teori Menurut Paham Konvergensi

Paham Konvergensi ini, dipelopori oleh William Stern. Paham ini berpendapat bahwa perkembangan kepribadian manusia bukan saja disebabkan dari faktor pembawaan dan faktor lingkungan, tetapi juga dipengaruhi oleh kerja sama antara faktor pembawaan dan faktor lingkungan. Misalnya seoarang Anak yang lahir dengan bakat sebagai penyanyi. Agar ia dapat berkembang menjadi seorang penyanyi, maka ia perlu suatu lingkungan, untuk mempengaruhi bakat pembawaannya, sehingga ia dapat berkembang. Jadi perkembangan adalah traksasi antara pembawaan invidu  dengan lingkungan yang sesuai dengan maksud perkembangan dirinya. Dalam hal ini berarti, individu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan.


Hakekat Manusia Dalam Psikologi Perkembangan

Berdasarkan Kejadian 1:26 “Manusia dicipta serupa dengan Allah” dan  Mazmur 8:4 “manusia hampir sama dengan Allah”, maka sesungguhnya hakekat manusia adalah:

1.     Makhluk Beragama (Homo Religius)
Sebagai makhluk beragama, manusia memiliki roh dan hati nurani (kejadian 2:7), sehingga ia mempunyai kebutuhan untuk menyembah kepada Allah-sang pencipta. Oleh karena ada kebutuhan untuk menyebah, maka manusia yang tidak mengenal Allah, melakukan pemujaan kepada benda-benda, atau dirinya sendiri demi memenuhi kebutuhan untuk menyembah.

Dalam hal ini, pendidikan berfungsi untuk menolong manusia dalam kebutuhannya untuk menyembah atau yang kita sebut dengan Iman dan kepercayaannya, agar iman dan kepercayaannya lebih jelas kepada Allah. Pendidikan berupaya untuk menjelaskan kepada manusia: Siapakah sang pencipta itu? Dan bagaimanakah manusia dapat kembali kepada sang Pencipta. Dalam hal ini, Pendidikan bukan penginjilan, melainkan hanya merupakan suatu jalan bagi penginjilan. Oleh karena itu, pendidikan bukan pengganti penginjilan, melainkan merupakan perintis jalan bagi penginjilan.

2.     Makhluk yang bijaksana (Homo Sapiens)
Sebagai makhluk yang bijaksana, manusia bisa berpikir, bisa mempertimbangkan sesuatu, bisa menghitung atau menganalisa sesuatu. Alkitab menunjukkan bahwa manusia bertugas sebagai pemikir (Kejadian 2:15).

Dalam hal ini, pendidikan berarti menolong manusia untuk berpikir dan mengembangkan intelektualnya. Dan secara khusus, Pendidikan Agama Kristen (PAK) menolong manusia untuk berpikir mengenai Sang penciptanya.


3.     Makhluk yang mempunyai kesadaran Ekonomi (Homo Ekonomies)
Sebagai makhluk yang mempunyai kesadaran ekonomi, manusia memiliki kemampuan untuk berdisiplin dalam hal waktu dan biaya. Dalam hal ini manusia mengenal batas-batas waktu untuk berbuat dan menyadari pentingnya menciptakan sesuatu atau menghasilkan sesuatu, menambah atau mengurangi sesuatu. Alkitab mengatakan bahwa, Allah menempatkan manusia dalam taman Eden dengan tanggungjawab secara ekonomis untuk mengusahakan taman itu (Kejadian 2:15). Di sini, pendidikan berfungsi untuk mendidik manusia agar disiplin dan ekonomis dalam pikirannya serta tindakannya.

4.     Makhluk yang mampu berbuat (Homo Fabricatos)
Sebagai makhluk yang berkemampuan, manusia dapat menjadikan, mengadakan dan menyediakan sesuatu dan memiliki tanggungjawab untuk melakukan sesuatu. Alkitab menunjukkan bahwa setelah manusia itu diciptakan, Allah memberi kuasa bagi manusia untuk berkuasa atas dunia (Kejadian 1:28).

Dalam hal ini, pendidikan berfungsi untuk menolong manusia meningkatkan ketrampilan, kecakapan, kreatifitas dan ketangkasannya agar dapat melakukan sesuatu.

5.     Makhluk Sosial (Homo Homini Socius)
Sebagai makhluk sosial, manusia saling membutuhkan satu sama lain, saling menolong satu sama lain, dan saling melengkapi satu sama lain, sebagaimana tertulis dalam Galatia 5:13-14. “layanilah seorang akan yang lain karena kasih.”

Dalam hal ini, pendidikan berfungsi untuk menolong manusia dalam hubungannya dengan sesama manusia dan juga lingkungan.

6.     Makhluk yang Etis (Homo Eticus)
Sebagai makhluk yang etis,  manusia memiliki kemampuan moral untuk berbuat baik,  kesadaran susila dan tanggungjawab secara individu untuk menjaga dirinya dari hal-hal yang tidak baik. Hal ini disesuaikan pertama-tama dengan Firman Allah, kemudian hati nuraninya dan selanjutnya disesuaikan dengan Norma-norma Susila.
Alkitab menunjukkan dalam Keluaran 20: 1-17, bahwa sebagai makhluk etis, manusia harus menjaga secara baik, hubungannya dengan Allah sebagai sang pencipta (Keluaran 20:1-11) dan juga hubungannya dengan sesama manusia lainnya (Keluaran 20:12-17).

7.     Makhluk yang Estetis (Homo Aesteticus)
Sebagai makhluk Estetis, manusia memiliki kemampuan estetika, seperti  keindahan, kerapian, keteraturan dan lain sebagainya. Mazmur 8:4-10, kata “poima” menunjukkan bahwa Allah menciptakan manusia sebagai puisi Allah. Itu artinya, manusia dicipta secara indah dan menyenangkan. Dalam hal ini pendidikan berfungsi untuk menolong manusia agar dapat menjaga, memelihara dan meningkatkan keteraturan yang akhirnya mendatangkan keindahan.

8.     Makhluk Biologis (berjasmani)
Sebagai makhluk Biologis, manusia memiliki  tubuh yang terdiri dari daging, tulang dan darah, serta memiliki keinginan-keinginan jasmani, seperti makan, tidur, sex dan kenikmatan-kenikmatan lainnya. Alkitab mengatakan bahwa: “Allah membentuk manusia dari debu tanah” (Kejadian 2:7), yang artinya manusia memiliki tubuh jasmani.

Dalam hal ini pendidikan berfungsi untuk menolong manusia menjaga, merawat dan memelihara tubuhnya, selain karena alasan: Dalam tubuh yang sehat maka jiwa  manusia juga akan sehat, tetapi juga karena tubuh adalah bait Roh Allah yang kudus (1 Korintus 3:16-17).

9.     Makhluk yang suci (Homo  Sacietes)
Kejadian 1:28, menyatakan bahwa manusia dicipta oleh Allah yang Kudus. Oleh karena itu manusia adalah makhluk yang suci. Sebagai makhluk yang suci, manusia memiliki naluri batiniah untuk menolak dosa dan kejahatan.

Dalam hal ini pendidikan berfungsi sebagai pedoman yang mengarahkan manusia kepada kebenaran dan kekudusan.


Aliran-Aliran Filsafat Pendidikan Dalam Teori Belajar

Jhon  Brubacher, membedakan aliran-aliran filsafat pendidikan antara lain:
·         Pragmatic Naturalism
·         Existentialism
·         Idealism
·         Realism
·         Rational humanisms
·         Scholastik
·         Pascism
·         Coummunism
·         Democracy

Penggolongan-penggolongan ini tidak formal, tetapi hanya berbeda dalam penekanan sistem saja yang menjadi ciri khas dari suatu ajaran filsafat pendidikan.

Brameld menambahkan bahwa, perkembangan dunia filsafat pendidikan dapat diketahui melalui aliran-aliran filsafat pendidikan seperti:
·         Progresisivism
·         Essetialism
·         Perenialism
·         Recontructionism

Dalam Empat aliran ini, masih ada kesamaan unsur yang memungkinkan terjadinya tumpang tindih antara aliran yang satu dengan yang lain, sehingga kita sulit menemukan perbedaannya secara otomatis dan yang benar-benar berseberangan.

1.     Aliran Progressivism
Aliran ini disebut Progressivism, karena ada pembaharuan ke arah maju dan berkembang. Maksud aliran ini adalah, untuk menekankan pendidikan pada pertumbuhan dan perkembangan pemikiran serta mental, baik dalam memecahkan masalah maupun kepercayaan diri peserta didik.

Berdasarkan tujuan ini, maka Progressivism menganggap pendidikan harus penuh fleksibilitas (Keseimbangan). Progressivism terbuka untuk perubahan dan tidak terkait dengan doktrin tertentu, sangat toleran serta nilai-nilainya boleh dapat berubah dan berkembang.
  
2.     Aliran Essentialism
Aliran ini lahir dari suatu aliran sebelumnya, yang menginginkan manusia kembali kepada kebudayaan lama. Alasannya ialah, karena kebudayaan lama itu telah melakukan banyak kebaikan-kebaikan bagi manusia.

Aliran Essentialism ini, merupakan perpaduan antara idealism dan realism, sehingga jika dilihat dari suatu pihak, aliran ini lebih mantap dan kaya dengan ide-ide. Aliran ini memandang bahwa pendidikan yang bertumpu pada fleksibilitas (seperti paham Progressivism), akan menjadi sumber timbulnya pandangan yang mudah goyah, berubah-ubah dan kurang terarah sehingga menjadi labil dan tidak menentu. Dasar pandangan aliran ini adalah humanism, yang merupakan reaksi terhadap hidup yang mengarah pada keduiawian, serba ilmiah dan materialisme.

Tokoh-tokoh yang menyebarkan aliran ini, antara lain adalah:

·        Dosiderius Erasmus
Ia menekankan pengajaran yang humanistik (Kurikulum). Erasmus berpendapat bahwa: “Sekolah harus bersifat humanistik dan internasonal, sehingga dapat diikuti oleh kaum Tengahan dan Aritokrat.

·        Jhon Amos Comenius
Ia memiliki pandangan yang realistis dan dogmatis. Amos berpendapat bahwa: “Karena dunia ini dinamis dan bertujuan, maka tugas pendidikan adalah membentuk anak didik sesuai kehendak Allah.”

·        Jhon Locke
Ia mengatakan bahwa: “Pendidikan hendaknya selalu dengan situasi dan kondisi.”

·        Jhon Hendrich Pestalozzi
Pestalozzi meyakini bahwa: Sifat-sifat Alam tercermin pada manusia. Selain itu, ia percaya akan hal-hal transedental dengan Tuhan.

·        Jhon Frobel
Frobel meyakini Transedental yang bersifat kosmissintetis, dan percaya bahwa manusia adalah makhluk Tuhan yang merupakan bagian dari alam ini.

Terhadap pendidikan, ia memandang anak didik sebagai makhluk  yang berekspresi kreatif dan menganggap tugas pendidikan adalah memimpin anak didik ke arah kesadaran diri yang murni, sesuai dengan fitrah kejadiannya.

·        Jhon Herbart
Ia berpandangan kritis dan berpendapat bahwa: “Tujuan pendidikan adalah menyesuaikan jiwa orang dengan kebajikan yang mutlak. Ini berarti penyesuaian dengan hukum-hukum kesusilaan dan inilah pengajaran yang mendidik dalam proses mencapai tujuan pendidikan.”

·        William Harris
Ia berpendapat bahwa: “Tugas pendidikan adalah mengijinkan keterbukaan realita berdasarkan susunan yang pasti atas dasar kesatuan spiritual. Keberhasilan sekolah adalah memelihara nilai-nilai yang telah turun temurun menjadi penuntun pada penyesuaian diri tiap orang kepada masyarakat.”

3.     Aliran Perennialism
Aliran ini menganalogi realita sosial budaya manusia, seperti realita sepohon bunga yang terus menerus mekar dari musim ke musim; datang dan pergi dan berubah warna secara tetap sepanjang masa dengan gejala yang terus ada dan sama.

Aliran ini memandang bahwa: Keadaan sekarang adalah sebagai zaman yang sedang ditimpa krisis kebudayaan karena kekacauan, kebingungan dan kesimpang-siuran. Perennialism berpendapat bahwa: “Untuk mengatasi gangguan kebudayaan, diperlukan usaha menemukan dan mengamankan lingkungan sosio kultural, intelektuan dan moral.”

4.     Aliran Rekonstrusionalism
Aliran ini berusaha untuk membina suatu konsensus yang paling luas dan paling memungkinkan tentang tujuan utama dan tertinggi dalam kehidupan manusia.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka Rekonstrusionalism berusaha mencari semua kesempatan mengenai tujuan utama yang dapat mengatur tata kehidupan manusia dalam tatanan baru di seluruh lingkungannya.

Melalui lembaga dan proses pendidikan, Aliran ini ingin merombak tatanan lama  dan membangun susunan kebudayaan hidup yang sama sekali baru. Sasarannya adalah pada penemuan-penemuan baru dan membuat dunia baru. Oleh karena itu, bagi aliran ini, Pendidikan harus memacu seseorang berpikir dan berpikir sampai dapat menemukan sesuatu yang baru.

Hal menarik dari Aliran ini adalah, ingin memadukan ajaran Kristen dengan Demokrasi dan Teknologi modern, serta seni modern di dalam satu kebudayaan yang dibina bersama oleh bangsa-bangsa di dunia.

Catatan:
Karya ini dilindungi Undang-undang Hak Cipta pasal  72 No. 19  ayat 1 dan 2 tahun 2002.
Boleh dicopy untuk digunakan sebagai bahan pengajaran, dengan mencantumkan alamat penulisan: (http//materikuliahS2melkiorayub.com).
Terimakasih, Tuhan Yesus memberkati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar